Sementara sibuk membahas masalah mengenai Pemilu 2009, mari kita sejenak melihat sekilas pada salah satu sektor yang tidak begitu disoroti oleh para kandidat partai politik dalam kampanyenya. Sektor tersebut adalah sektor pariwisata. Di antara sekian banyak pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh para caleg dan/atau para capres, di dalam iklan-iklan kampanye mereka, tidak ada sepatah kata pun yang menyinggung peran sektor pariwisata di dalam visi politik mereka. Pariwisata 2009 diperkirakan akan lesu. Namun, pertumbuhan pariwisata nasional akan tertolong oleh wisatawan politik, yaitu wisatawan domestik yang berkampanye ke daerah-daerah. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengakui iklim pariwisata 2009 akan terkena dampak krisis global. Meskipun pariwisata 2009 lesu, Beliau meminta pelaku pariwisata tidak khawatir. Alasannya, pariwisata akan tertolong oleh pesta demokrasi. "Jika Pemilu 2009 berjalan baik, seperti tahun 2004, maka pariwisata tidak akan terganggu tapi justru makin ramai," katanya seusai membuka Konferensi Federasi Asosiasi Pramuwisata Sedunia (WFTGA) ke-13 di hotel kartika Plaza, Kuta, Senin (12/1/2009).
Di tahun 2009 ini, diprediksi pertumbuhan pariwisata akan lesu dan terpatok pada angka dua persen. Kondisi ini disebabkan oleh merosotnya jumlah nilai uang yang dibelanjakan wisatawan mancanegara. Suatu artikel di Sinar Harapan yang ditulis oleh Bachrul Hakim seorang pengamat transportasi dan pariwisata mengatakan bahwa walaupun pariwisata memiliki misi yang tidak begitu jelas, tetapi keberadaannya dalam kabinet adalah suatu keniscayaan.
Sekarang, Visit Indonesia Year 2008 sudah berlalu. Meskipun target tidak tercapai, re-evaluasi atas program-program yang telah direncanakan tidak dilakukan karena angka kunjungan wisatawan asing yang dihasilkan adalah angka tertinggi yang pernah diraih oleh Indonesia selama ini. Sementara itu, kalangan pelaku usaha pariwisata nasional mulai mengkhawatirkan dampak resesi ekonomi global yang akan mulai terasa pada pertengahan tahun ini. Hotel-hotel di Bali sudah mengantisipasi penurunan arus kedatangan turis asing, yang kebanyakan berasal dari Australia, Jepang, Korea, Eropa dan Amerika. Dalam situasi seperti ini para pelaku usaha nasional berpaling ke wisatawan dari negara-negara tetangga ASEAN dan wisatawan dalam negeri. Hal ini logis, karena dalam keadaan krisis ekonomi, daya beli akan turun dan masyarakat condong untuk mengurangi anggaran perjalanan liburan.
Industri pariwisata masih berpeluang besar untuk pemasukan devisa bagi negara. Sampai Oktober 2008, tercatat 5,1 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia, dengan pengeluaran 930 dollar AS per hari. Target realistis hingga akhir tahun adalah 6,5 juta kunjungan wisaman. Jumlah ini akan menjadi rekor baru, karena tahun 2007 jumlah kunjungan wisaman hanya 5,5 juta orang. Menteri Kebudayaan dan Pariwisaya Jero Wacik mengatakan hal itu di hadapan peserta Rapat Kerja Pemasaran Pariwisata 2009, Rabu (26/11) di Jakarta. "Saya masih belum mau menyerah. Walau target realistis 6,5 juta kunjungan wisaman akan tercapai, namun untuk 7 juta wisman masih ada peluang," ujarnya. Data yang dikemukakan Jero Wacik, tahun 1987 kunjungan wisman ke Indonesia tercatat 1,7 juta orang, tahun 1997 sebanyak 5,2 juta orang, dan tahun 2007 sebanyak 5,5 juta orang.
Visit Indonesia Year baru diadakan tahun 2008, karena tahun 2008 merupakan seabad Kebangkitan Nasional. Jero Wacik menjelaskan, tahun 2008 program-program pariwisata sudah berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Hasilnya, sudah terlihat, target realistis kunjungan wisman 6,5 juta orang akan tercapai. Karena itu tahun 2009, visit Indonesia year tetap diteruskan, cuma di logo tidak pakai tahun. Logo yang dipakai masih logo tahun 2008. Untuk tahun 2009 banyak daerah yang mencanangkan kunjungan ke daerahnya, seperti Jambi, Musi (Palembang), Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat. Mengenai target kunjungan wisatawan belum ada angka yang jelas namun angka minimum sudah jelas harus diatas 6,5 juta (yang dicapai tahun 2008 sementara). Walaupun sekarang banyak negara, termasuk Indonesia, terkena dampak krisis finansial, namun industri pariwisata harus melawannya dengan promosi yang gencar dan memperbaiki kerjasama.
Kita memang khawatir akan efek krisis global yang berdampak di hampir setiap sektor kehidupan. Namun kita harus tetap optimis dengan apapun yang terjadi nantinya. Seperti misalnya Makassar yang yakin bahwa tahun 2009 akan menjadi momentum of change of segmentations akibat dibangunnya Trans Kalla.
Sementara kesuksesan tahun kunjungan Batam tahun 2010 ditentukan dengan program pariwisata 2009. ”Ada dua hal penting yang sedang dan akan kita hadapi 2009 ini, yaitu krisis keuangan global dan pemilu 2009. Tahun ini kita harus kerja sama dan bersama pemerintah, industri pariwisata baik dalam menyusunan program, maupun dalam pelaksanaan program. Jangan hanya rapat-rapat saja, program sudah disusun dan dalam pelaksanaannya tidak jelas,” ujar Jadi Rajagukguk, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Promosi Pariwisata Kepulauan Riau, kepada Batam Pos.
"Ada banyak indikasi yang menyebabkan pertumbuhan wisman di Indonesia suram sepanjang tahun depan," ujar Direktur Lembaga Pengembangan Informasi Pariwisata (Lepita), Diyak Mulahela. Menurut Diyak, anjloknya nilai rupiah terhadap dolar Amerika sebenarnya bisa berdampak positif bagi kepariwisataan Indonesia. Mereka bisa makin leluasa membelanjakan dolarnya di Indonesia. Tetapi, wisatawan asing asal negara-negara Eropa dan Amerika Serikat saat ini sedang dihinggapi perasaan takut yang luar biasa membelanjakan uangnya untuk melancong ke Asia, termasuk ke Indonesia. Para wisatawan mancanegara itu juga takut menyimpan uangnya di bank akibat bangkrutnya beberapa bank kepercayaan di Amerika Serikat dan Eropa.
`