Here We Are: Yangki Imade Suara | Citra Tamara Sari | Narendra Widhitama P. | Edo Dewantara | Follow Kandank Ilmu Twitter | Join us on Facebook

TRANSLATE: English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sunday, January 30, 2011

NDC - NES 2011

Research and Development HIMA IESP FE Unpad 2010-2011 period, proudly present:

NDC - NES 2011


NDC - NES is an annual event held by HIMA IESP Unpad and this is year is the 5th year for us to held this event. NDC 2011 is coming with theme  "A New Solution to Face the Impact of Climate Change and Environmental Change on Indonesian Economy" and NES 2011 theme is "Indonesian New Economy Era : Green, Clean and Profitable".

For more information please visit NDC - NES 2011;
http://ndcnes2011.blogspot.com/
http://twitter.com/ndcnes2011

Kandank Ilmu Team

Friday, January 7, 2011

Beasiswa ke Perancis: BGF

Beasiswa Pemerintah Prancis (BGF) 2011 sudah dibuka!

Tentang BGF 2011:

Pemerintah Prancis melalui Kedutaan Besar Prancis di Jakarta telah memberikan beasiswa kepada warga Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Dalam rangka mengembangkan Sumber Daya Manusia di Indonesia, Kedutaan Besar Prancis akan memberikan beasiswa untuk tahun 2010.

Beasiswa tersebut diberikan kepada pegawai negeri, dosen, mahasiswa (terutama mereka yang terlibat dalam program kerjasama antara Prancis dan Indonesia) untuk mengikuti 2 jenis program pendidikan :

  • Master (full scholarship)
  • Doktorat (full scholarship - 18 bulan)

Juri akan memberikan prioritas kepada mereka yang telah melakukan identifikasi program baik master atau doktorat dan yang telah memiliki respon positif / rekomendasi dari profesor Prancis atau surat penerimaan.
CampusFrance Indonesia dapat membantu Anda untuk menemukan program studi yang Anda minati.
Aplikasi harus diserahkan paling lambat tanggal 31 maret 2011!

Untuk info lebih lanjut silahkan kunjungi:

http://indonesia.campusfrance.org/id/pages-transverses/membiayai-studi-anda/beasiswa-ke-prancis-bgf-146.html


Kandank Ilmu Team

Tuesday, January 4, 2011

SEPUTAR REDENOMINASI RUPIAH

Rini Oktapiani

Mahasiswa S1 IESP FE UNPAD

Akhir-akhir ini kita sering mendengar dan melihat tentang banyaknya wacana BANK INDONESIA perihal redenominasi terhadap rupiah.Banyak pihak-pihak yang pro dan kontra perihal masalah ini,namun banyak pihak yang belum memahami perihal redenominasi tersebut dan apa pengaruh redenominasi tersebut baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya. Menurut Gubernur Bank Indonesia terbaru Darmin Nasution Redenominasi adalah penyederhanaan penyebutan satuan harga maupun nilai mata uang. Artinya pecahan mata uang di sederhanakan tanpa mengurangi nilai dari mata uang tersebut. Misalnya Rp.10.000 menjadi Rp.10, Rp.1000 menjadi Rp.1 dan seterusnya, tetapi nilai mata uang sebelum dan sesudah redenominasi itu nilainya tetap sama. Menurut Ensiklopedia Bahasa Indonesia lebih tepatnya Redenominasi Rupiah adalah pemotongan mata uang menjadi lebih kecil tanpa merubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin lemah dengan kata lain harga produk dan jasa harus di tuliskan denagn jumlah yang lebih besar,ketika angka-angka ini semakin membesar mereka dapat mempengaruhi transaksi harian karena resiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah uang lembaran yang harus dibawa atau karena resiko psikologi manusia yang tidak efektif perhitungan angka dalam jumlah yang besar,maka pihak yang berwewenang dapat menangani masalah ini dengan redenominasi.

Yang menjadi masalah dalam masyarakat saat ini adalah ketakutan jika redenominasi tersebut dapat berpengaruh pada daya beli masyarakat seperti sanering yang terjadi pada jaman Soekarno yang mempengaruhi daya beli masyarakat dan berpengaruh pada perekonomian nasional. Gubernur Bank Indonesia,Narmin Nasution menegaskan bahwa Redenominasi bukanlah merupakan pemotongan daya beli masyarakat melalui nilai mata uang seperti pada istilah sanering ”Redenominasi sama sekali tidak merugikan masyarakat karena redenominasi berbeda dengan sanering atau pemotongan,dalam redenominasi niali uang terhadap barang tidak akan berubah yang terjadi hanyalah penyederhanaan dalam nilai nominalnya berupa penghilangan beberapa digit angka nol”ujar Darmin Nasution. Redenominasi biasanya dilakukan dalam situasi dan kondisi ekonomi yang stabil dan menuju ke arah yang lebih sehat sedangkan sanering adalah pemotongan nilai mata uang dalam kondisi perekonomianyang tidak sehat yaitu dengan memotong nilai uangnya saja. Redenominasi dilakukan untuk menyederhanakan sistem akuntansi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian.

Walaupun telah banyak penjelasan yang diutarakan oleh Bank Indonesia mengenai perbedaan antara Sanering dan Redenominasi namun tetap saja banyak masyarakat yang menganggap bahwa antara sanering dan Redenominasi hanyalah perbedaan istilah yang mempunyai makna yang sama yang akan berpengaruh pada daya beli masyarakat dan perekonomian nasional. Secara lebih rinci Bank Indonesia menjelaskan perbedaan antara Redenominasi dan Sanering diantaranya adalah pada redenominasi tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama sedangkan pada sanering menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis,redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi dam mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan ekonomi regional sedangkan sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga biasanya dilakukan karena inflasi yang sangat tinggi,pada redenominasi nilai uang terhadap barang tidak berubah karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan sedangkan pada sanering nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil karena yang dipotong adalah nilainya,redenominasi dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali sedangkan pada sanering dilakukan pada saat keadaan makro ekonomi yang tidak sehat dan ketika situasi inflasi yang sangat tinggi,redenominasi disiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat sedangkan pada sanering tidak ada masa transisi dan biasanya dilakukan secara tiba-tiba.

Seberapa kerasnya usaha Bank Indonesia untuk menjelaskan bahwa redenominasi jamun tak dapat dipungkiri jika masyarakat cukup paham dampak-dampak redenominasi baik itu dari segi positif maupun negatif,bila kita melihat dari sudut pamndang masyarakat dan melepaskan pengaruh Bank Indonesia mak untuk kebijakan ini Bank Sentral harus menarik semua mata uang lama dan mencetak mata uang yang baru tapi ini hanyalah dampak yang paling yangdapat diatasi oleh Bank Indonesia,justru kelompok korporat swasta yang akan menanggung banyak dampak dari redenominasi. Bank-bank swasta harus merubah sistem mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) agar sesuai dengan nominal yang baru atau mungkin malah menarik semua ATM yang lama dan menggantinya dengan yang baru jika memang pemerintah merubah total bentuk fisik dan ukuran kertas mata uang yang baru. Operasi perubahan maupun penggantian mesin pasti akan memakan biaya yang cukup mahal,mungkin tidak setinggi biaya untuk mencetak uang-uang baru tetapi disini pihak swastalah yang menanggung beban. Selain itu masih banyak permasalahan yang akan dihadapi sebagai dampak dari redenominasi tersebut,penghilangan jumlah nol akan mengacaukan perhitungan akuntansi yang telah terkomputensasi dan jika itu terjadi di seluruh negri dan menimpa kantor-kantor pemerintah dan swasta maka akan terjadi bencana administrasi nasional. Dampak lainnya yang perlu diperhatikan dengan cermat adalah adanya potensi pembulatan harga ke atas dengan alasan untuk mempermudah transaksi,harga barang yang dahulunya adalah Rp.1700 setelah adanya redenominasi harganya akan berubah menjadi Rp.1,7 dan kemudian harganya akan dibulatkan menjadi Rp.2. Tentu saja secara luas praktik ini akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat inflasi .

Sebelum melakukan redenominasi ini hendaknya Bank Indonesia meyakinkan infrastruktur yang terkait dengan dampak redenominasi sudah disesuaikan dan di setting sedemikian rupa sehingga kompatibel dengan mata uang baru dengan lebih sedikit nol. Biaya penyesuain infrastruktur akibat redenominasi mungkin akan lebih besar dari perkiraan pemerintah karena pemerintah harus menjangkau semua sektor ekonomi yang terancam terkena dampak redenominasi tersebut. Redenominasi adalah kebijakan yang tepat tetapi sebaiknya dipersiapkan panjang dan matang sebelum akhirnya direalisasikan dan sebisa mungkin menutup flaw yang mungkin terjadi dalam implementasinya. Perlu ditekankan disini bahwa pokok permasalahan bukan hanya sekedar mensosialisasikan masalah ini ke pihak-pihak yang terkait lebih dari itu redenominasi menuntut perubahan infrastruktur dan administrasi secara masif atau ekonomi negri kita akan digoncang prahara pembukuan terkait dengan dampak redenominasi.

Dalam tahapan riset mengenai Redenominasi,Bank Indonesia akan secara aktif melakukan diskusi dengan berbagai pihak untuk mencari masukan dan hasilnya akan diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar dapat menjadi komitmen nasional,selain itu Bank Indonesia secara aktif melakukan kajian Redenominasi Rupiah dimana hal ini terkait dengan pelaksanaan integrasi masyarakat ekonomi regional sperti ASEAN. Redenominasi membutuhkan waktu sedikitnya lima tahun dan selama itu pedagang wajib mencantumkan label dalam dua jenis mata uang yakni mata uang lama yang belum dipotong dan mata uang baru yang nol nya sudah dipotong,sehingga tercipta control publik. Beberapa faktor yang mendukung suksesnya program redenominasi ini adalah ekspektasi inflasi yang berada pada kisaran yang rendah denagn pergerakan yang stabil,stabilitas perekonomian yang terjaga serta adanya jaminan terhadap stabilitas harga serta adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat.

Kandank Ilmu Team